Seperti banyak orang, Sithu Maung, harus menunggu bertahun-tahun untuk mendapatkan kartu identitas yang melabelinya sebagai etnis “berdarah campuran”, menurunkannya ke antrian yang berbeda di kantor-kantor pemerintah yang membuat orang sangat rentan terhadap korupsi.
“Orang-orang yang belum mengalaminya tidak bisa mengerti seperti apa rasanya,” katanya.
Dengan sentimen nasionalis Buddhis garis keras yang semakin tinggi, ia kemudian dilewatkan sebagai kandidat NLD potensial untuk pemilihan 2015.
Tidak ada Muslim sama sekali yang terpilih menjadi anggota Parlemen saat itu.
Kulit tebal
Bahkan dalam pemilihan tahun ini, 23 persen kandidat Muslim ditolak, dibandingkan dengan hanya 0,3 persen untuk kelompok agama lain, menurut pengawas International Crisis Group.
Sithu Maung menggambarkan bagaimana dia diserang dari semua sisi ketika pencalonannya diumumkan.
“Orang-orang menyebarkan disinformasi, menyebut saya teroris dan mengatakan saya ingin bahasa Arab diajarkan di sekolah-sekolah,” tambah anggota parlemen terpilih itu.